Minggu, 19 Desember 2010

Review Diskusi : Menguak Prostitusi dan HIV dan AIDS di Kota Solo

Solo – Peringatan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 1 Desember merupakan sebuah moment yang tepat untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat luas tentang bahaya penularan HIV & AIDS.
Hal ini menjadi salah satu topik yang dibahas dalam acara “ Ngobrol Hangat : Menguak Prostitusi, HIV dan AIDS di Kota Solo “.
Acara ini digelar di Gedung Kesenian Solo (Kamis, 2 Desember 2010) yang merupakan bagian dalam rangkaian Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Hari AIDS Sedunia yang diselenggarakan oleh SPEK – HAM.
Suasana Ngobrol Hangat Menguak Prostitusi dan HIV & AIDS di Kota Solo
Acara dibuka pada pukul 09:30 WIB dengan pengantar tentang program dan paparan hasil riset yang dilakukan SPEK-HAM di tahun 2010 ini pada lokasi intervensi pencegahan HIV dan AIDS. SPEK-HAM melakukan intervensi baik di tingkat lokasi maupun intervensi struktural dan juga pelibatan berbagai elemen seperti media, stakeholder lokasi, penyedia layanan klinik serta komunitas rentan tersebut untuk melakukan sinergitas dalam melakukan program di tingkat kota. Intervensi yang dilakukan melalui pendekatan secara individual maupun kelompok. Dengan jenis aktifitas seperti diskusi sebaya, diskusi komunitas, dukungan sebaya, penguatan POKJA dan outlet kondom. Menurut koordinator lapangan SPEK – HAM untuk program HIV & AIDS, Sunoko, intervensi yang dilakukan oleh SPEK – HAM ini berhasil mendapatkan banyak masukan tentang pencegahan dan penanganan HIV & AIDS. Kerjasama berbagai pihak juga sangat dibutuhkan dalam hal ini
“Kami memperoleh berbagai masukan tentang pencegahan dan penanganan HIV & AIDS selama melakukan intervensi ke komunitas rentan. Tapi tetap, untuk bisa menekan angka penyebaran HIV & AIDS, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.“ kata Sunoko.
Sementara itu menurut data KPA Kota Surakarta, saat ini terdapat 482 kasus  HIV & AIDS di kota Solo per bulan November 2010. Secara rata – rata, terdapat sekitar 12 hingga 15 orang yang terinfeksi HIV pada setiap bulannya di kota Solo. Ini bukanlah statistik yang menyenangkan. Jika hal  ini terus di biarkan, bukan tidak mungkin Solo yang saat ini menempati peringkat kedua laju epidemik virus HIV & AIDS akan menggeser kota Semarang sebagai peringkat pertama untuk wilayah Jawa Tengah.
Narasumber yang berbicara dalam diskusi ini adalah Arsih Suharsi, S.I.P dari PKBI Jogjakarta, dr. Siti Wahyuningsih, M. Kes yang merupakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta, DR. Phil Dewi Chandraningrum, M.Ed seorang akademisi dari UMS serta dipandu oleh Vera Kartika Giantari, direktur SPEK –HAM. Ketiga narasumber sepakat bahwa diperlukan adanya peran pemerintah yang lebih dalam upaya pencegahan semakin bertambahnya kasus HIV & AIDS di Kota Solo. Dalam akhir paparannya, Dewi Chandraningrum juga menegaskan bahwa perlu ada perubahan cara pandang masyarakat terhadap komunitas pekerja seks yang selama ini dipandang negatif dan memunculkan perubahan paradigma yang lebih positif dalam memandang ODHA.
“Mungkin dibutuhkan semacam kampanye yang lebih intens untuk bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap ODHA. Di beberapa negara, kampanye yang dilakukan begitu intens sampai – sampai di dalam ruang publik seperti WC umum pun tersedia flyer/selebaran yang berkaitan dengan ODHA dan bahaya HIV & AIDS.” demikian penjelasan Dewi.
Diskusi yang digelar dengan suasana santai ini dimaksudkan untuk memperluas informasi HIV & AIDS pada masyarakat luas, memberikan persepsi yang positif kepada masyarakat bahwa Perempuan pekerja seks merupakan pihak yang menjadi korban kemiskinan sekaligus sebagai pihak yang berpotensi melakukan pengurangan epidemik HIV & AIDS serta membangun pemahaman dan kepedulian berbagai pihak dalam pencegahan dan penangan HIV & AIDS. Dalam diskusi ini juga dipaparkan berbagai isu perkembangan HIV & AIDS yang dilihat dari perspektif sosial budaya dan juga strategi-staregi yang kreatif cerdas tetapi tetap humanis dalam rangka melakukan penanganan dan pencegahan HIV & AIDS. (Ariwan K Perdana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar