Sabtu, 08 Mei 2010

Wiryono Bicara Tentang Karyanya

Program bedah karya seni rupa dilanjutkan dengan pemutaran film telah diselenggarakan oleh SIRKUDAYA dalam program Babarasa di Gedung Kesenian Solo Sriwedari pada hari jumat tanggal 7 Mei 2010 Jam 14.00 WIB
. Dalam acara tersebut juga dipamerkan lima karya lukisan di galeri seni rupa dan satu karya lukisan studio untuk dipresentasikan oleh senimannya. Acara yang dihadiri oleh sekitar 60 orang ini dibuka oleh Yayok Aryoseno sebagai moderator acara bedah karya dengan didampingi Wiryono sebagai nara sumber.
Sebelum melakukan bedah karya, Yayok Aryoseno menceritakan tentang Program Babarasa#1 yang dijadikan sebagai sebuah langkah awal dalam rangka memberdayakan gedung bekas Solo Theater sebagai Gedung Kesenian Solo (GKS). Menurutnya, Setelah mendapatkan ijin dari Pemerintah Kota khususnya Dinas Pariwisata Kodya Surakarta, gedung bioskop yang semula mangkrak selama lebih dari 10 tahun kini dihidupkan kembali agar dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat Solo. Dengan program-program yang telah direncanakan diharapkan kedepannya akan menjadi tempat sirkulasi kesenian untuk anak muda di Solo. 

Setelah kata pengantar disampaikan kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi karya oleh Wiryono. Dimulai dari cerita masa kecil Wiryono yang sudah mempunyai hobi menggambar, pelukis dari Kampung Batik Laweyan ini juga menceritakan proses berkeseniannya hingga kemudian kuliah Seni rupa di STSRI Yogyakarta yang saat ini menjadi Institut Kesenian Yogyakarta. Meski tidak sampai tamat kuliahnya karena kesibukan, Wiryono tetap konsisten sehingga mampu bertahan dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan karyanya hingga saat ini. 

Wiryono mempresentasikan satu karya lukisan yang masih dalam proses pengerjaan. Lukisan yang diberi judul Memori dalam Fenomena dengan visual wajah iwan fals tersebut Wiryono menceritakan akan kekagumannya kepada sosok seorang Iwan yang selalu konsisten dengan pergerakan melalui karya-karya musiknya. Lukisan dengan gaya surialisme tersebut memberi gambaran sebuah perjuangan Iwan Fals dalam membangun kembali kondisi mentalnya ketika ditinggal mati oleh anaknya Galang Rambu Anarki, dimana saat itu Iwan harus tetap berjuang dan mampu bangkit dari keterpurukan. Berjuang melawan kenangan, itulah yang diaangkat dalam lukisan karya Wiryono tersebut. (JN/GKS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar