“Street
Art berupa yang biasa berupa gambar, mural maupun graffiti bukan sekedar
corat-coret” demikian kata sambutan ketua acara pameran Urban Art Fest 2010 di
Solo. Acara yang digelar di Gedung Kesenian Solo (GKS) pada jum’at, 19 November
2010 kemarin ternyata mendapat apresiasi yang cukup luar biasa dari masyarakat
Solo dan luar kota seperti Jakarta
dan Yogyakarta . Ketika pameran belum dibuka,
banyak penonton yang datang langsung disuguhi performance street art dari Artcoholic
(Jakarta ), Horny Street
(Jogja) dan As Decade (jogja).
Tajuk
pameran Urban Art Fest 2010 yang pertama di Solo ini adalah “Kami Ada’, adalah
bukti bahwa di Solo sendiri ada pergerakan seni. Dan ternyata banyak juga artis
street art dari kota Solo ini, diantaranya Scrap, Cre 2, Senyum Manis, Zemb
Street, Weast East, Urgasm Sistar Klan, Joy, The Bloker dan Sickness Comics.
Animo
masyarakat sendiri cukup seru, cukup menarik buktinya ruang pameran yang cukup
luas tersebut menjadi penuh sesak oleh ratusan orang, seperti hendak menonton
sirkus. Karya yang ditampilkan dalam acara ini sangat beragam, mulai dari gambar,
mural, graffiti, art toys dan fotografi. Media yang digunakanpun
bermacam-macam, seperti kanvas, harboard, tembok, kardus dan kaleng pilox bekas
serta beberapa benda yang ada disekitar disulap menjadi benda yang mempunyai
nilai seni yang layak dikoleksi. Tema yang diusungpun variatif, mencakup
kehidupan masyarakat sekitar pada umumnya, dengan berbagai macam konflik dan
problematika yang ada didalamnya meliputi social, politik dan budaya. Selain
menikmati pameran yang cukup membuat mata terbelalak dan mata menganga, telinga
penontonpun dimanjakan dengan acara Gig’s Music, band-band indie local, The
Frantic, Funday, All Strar Rigt, Scronk, Lily Jumperi, No Stereo Yellow yang
diadakan di teater GKS.
Semoga
tidak berhenti disini saja, dari pameran semacam ini diharapkan generasi muda
tertantang untuk lebih kritis dan lebh kreatif lagi. Jika di Jogja seni jalanan
mendapatkan respom yang positif dari Pemkot dan Pemda, mudah-mudahan di Solo
juga bisa seperti itu. Tidak mudah memang, butuh waktu, proses, saling support
dari pelaku seni itu sendiri, masyarakat dan Pemkot setempat. Dengan Solo Urban
Art Fest 2010 anak muda telah membuktikan bahwa seni jalanan bukan corat-coret
semata, tetapi kebebasan berekspresi itu juga bertanggungjawab.
Arum Setiyadi
Pegiat Seni di GKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar